Pages

Human Organizations: Groups, Families, Communities, Cities, and States

6 komentar
1. Groups (Kelompok)


Gambar 1.1 Kelompok My Tie
Gambar 1.2 Kelompok belajar menjelang UN sewaktu SMA
Sebuah kelompok (group) didefinisikan sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, bergabung untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kelompok dapat berupa kelompok formal atau informal. Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang didefinisikan oleh struktur organisasi, dengan penentuan tugas berdasarkan penunjukan penugasan kerja. Dalam kelompok-kelompok formal, perilaku yang harus dianut oleh seseorang di tetapkan dan diarahkan menuju tujuan-tujuan organisasi. Enam anggota yang menjadi awak sebuah pesawat terbang adalah suatu contoh dari sebuah kelompok formal. Sebaliknya, kelompok informal adalah perhimpunan yang tidak terstruktur secara formal maupun secara organisasional. Kelompok-kelompok ini adalah formasi-formasi alami dalam lingkungan kerja yang timbul sebagai respons terhadap kebutuhan akan kontak sosial. Tiga karyawan dari departemen berbeda yang secara teratur makan siang bersama adalah suatu contoh dari sebuah kelompok informal. Sementara kelompok (group) dibagi menjadi 2, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer adalah kelompok kecil dengan interaksi tatap muka dan kerja sama. Sedangkan, kelompok sekunder adalah kelompok formal yang dengan sedikit interaksi atau bertatap muka.

2. Families (Keluarga)
Gambar 2.1 Family
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam suatu rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Terdapat beberapa perbedaan keluarga nuclear dan keluarga extend. Dalam lingkup global terdapat keberagaman diantaranya polygamy, polyandry, poligany. Dalam sebuah keluarga juga terdapat dampak perceraian, dampak itu akan sangat berpengaruh terutama bagi sang anak.

3. Communities
Gambar 3.1 Komunitas
Communities (komunitas) adalah sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu didalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, resiko, dan sejumlah kondisi lain yang serupa. 

4. Cities 
Gambar 4.1 Kota
Kota adalah sebuah kawasan dengan berbagai tipe urban yang unik, dimana kota tersebut memiliki blok-blok/bagian yang menjelaskan wilayah yang ada di kota tersebut. Di dalam kota juga terdapat bangunan-bangunan yang didirikan berbaris membentuk perimeter. 

5. States


Gambar 5.1 Negara
Sebuah Negara terdapat masyarakat,  pemerintahan pusat, juga kontrol pada suatu wilayah dan daerah. Setiap negara juga pasti memiliki asset penting, dimana perkembangan ekonomi, pertanian, dan penduduk yang padat terdapat disana. Sebuah negara bagian awal yang bakal memiliki gedung-gedung pencakar langit dengan arsitektur yang beragam. Ada dua tipe negara, diantaranya Egalitarian Society sebagian dari negara ini ditemukan suku-suku pada masyarakatnya, tidak ada yang membedakannya. Perbedaannya hanya berdasarkan jenis kelamin, usia, talenta individu, dan tingkat keberhasilannya. Semuanya terlahir sama hanya saja statuslah yang membedakannya. Lalu Ranked Society terdapat kelanjutan berdasarkan individunya yang telah mendapatkan ranking/kedudukan berdasarkan istilah dari genealogical.

REFERENSI:
Disarikan dan dirangkum dari PPT Binus Maya Human Organizations: Groups, Families, Communities, Cities, and States (pertemuan ke-5) diakes tanggal 11-April-2015
Robins Stephen P. Timothy A. Judge (2010) Perilaku Organisasi Jakarta:Salemba Empat 

Human Philosophical Reflection 2: Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom

12 komentar
1.Knowledge


Pengetahuan itu dikatakan indrawi lahir atau indrawi luar kalau orang mencapainya secara langsung, melalui penglihatan, pendengaran, pembau, perasaan, serta peraba setiap kenyataan yang mengelilinginya. Pengetahuan itu dinamakan pengetahuan indrawi batin ketika menampakkan dirinya kepada orang dengan ingatan dan khayalan, baik mengenai apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauannya. Pengetahuan seterusnya disebut perseptif, ketika sambil muncul secara spontan, pengetahuan itu memungkinkan orang untuk menyesuaikan dirinya secara langsung dengan situasi yang disajikan. Pengetahuan dalam arti ini lebih menyatakan dirinya melalui gerakan tangan, tingkah laku, gerakan-gerakan, sikap-sikap, tindakan, serta jerit teriakan, daripada dengan perkataan yang dipikirkan atau dengan keterangan yang jelas. Ada juga yang disebut pengetahuan refleksif, ketika pengetahuan itu membuat objektif kodrat dari suatu realitas apa pun juga. Pengungkapannya adalah, baik dalam bentuk ide, konsep, definisi, serta putusan-putusan maupun dalam bentuk lambang, mitos, atau karya-karya seni.

Gambar 1.1 Knowledge (Pengetahuan)


Pengetahuan disebut pula diskursif, ketika pengetahuan itu memperhatikan suatu aspek dari benda kemudian suatu aspek yang lain, ketika pengetahuan itu pergi dan datang dari keseluruhan ke bagian-bagian, dan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pengetahuan dalam arti ini lebih menampakkan diri sebagai sesuatu yang datang dari sebab ke akibat dan dari akibat ke sebab, dari prinsip ke konsekuensi dan dari konsekuensi ke prinsip, dan sebagainya. Seterusnya, ada pula yang disebut pengetahuan intuitif, ketika pengetahuan menangkap atau memahami secara langsung benda atau situasi dalam salah satu aspeknya, keseluruhan dalam satu bagian, sebab dalam akibat, konsekuensi dalam prinsip, dan sebagainya.
Pengetahuan itu adalah induktif, bila menarik yang universal dari yang individual, dan sebaliknya deduktif, bila menarik yang individual dari yang universal. Pengetahuan itu kontemplatif, bila mempertimbangkan benda-benda dalam dirinya dan untuk dirinya sendiri. Pengetahuan itu disebut spekulatif, bila mempertimbangkan benda-benda dalam bayangan-bayangan dan ide-ide, atau konsep-konsep tentang benda-benda itu. Praktis, kalau mempertimbangkan benda-benda menurut bagaimana mereka bisa dipergunakan. Pengetahuan itu sinergis, kalau merupakan akumulasi dari seluruh daya kemampuan dari subjek (yang sedang mengetahui). Keseluruhan jenis pengetahuan ini dikoordinasikan dari anggota-anggotanya, organ-organnya, dan kemampuan-kemampuannya, yang indrawi dan intelektif. Akhirnya, pengetahuan menjadi sangat kompleks dan beraneka ragam sifat dan bentuknya. Pengetahuan pun tampak di dalam banyak bentuknya yang berbeda-beda. Pengetahuan memakai bermacam-macam jalan, menurut bagai­mana cara diambil, baik itu berupa objek maupun makhluk berbeda-beda yang tipe dan realitasnya berlain-lainan tingkat dan macamnya. Pengetahuan tentang materi, tentang luasnya, tentang gerakan, tentang hidup, tentang manusia, berbeda sekali satu sama lainnya. 
 
Pendeknya, tidak baik kalau pengetahuan manusia yang begitu kaya dan kompleks direduksikan kepada salah satu dari cara-caranya, atau kalau satu cara atau bentuknya terlalu ditekankan atau dimutlakkan sehingga merugikan lainnya. Meskipun pengetahuan menyerupai kesadaran namun tidak ada persesuaian yang sempurna antara pengetahuan dan kesadaran. Pengetahuan adalah kegiatan yang menjadikan suatu realitas menjadi kurang lebih dinyatakan. Pengetahuan lebih merupakan hubungan subjek dengan objek yang berbeda darinya. Inti kesadarannya adalah kegiatan yang menjadi bersamaan waktu subjek mengetahui suatu realitas, subjek mengenal dirinya yang sedang mengetahui realitas itu.

2. Intelligence  
 
Istilah Inteligensi diambil dari kata intellectus dan kata kerja intellegere (bahasa Latin). Kata intellegere terdiri dari kata intus yang artinya dalam pikiran atau akal, dan kata legere yang berarti membaca atau menangkap. Kata intellegere dengan ini berarti membaca dalam pikiran atau akal segala hal dan menangkap artinya yang dalam.
 
Gambar 2.1 Intelligence
Menjadi inteligen berarti menangkap apa yang fundamental pada jenis ini atau macam ada yang itu, berarti menangkap apa yang esensial dari suatu gejala. melihat apa yang hakiki dalam kegiatan ini atau itu (menambah. mengurangi, mengalihkan, atau membagi). Inteligensi adalah kegiatan dari suatu organisme dalam menyesuaikan diri dengan situasi-situasi, dengan menggunakan kombinasi fungsi-fungsi seperti persepsi, ingatan, konseptual, abstraksi, imajinasi, atensi, konsentrasi. seleksi relasi, rencana, ekstrapolasi, prediksi, kontrol (pengendalian), memilih, mengarahkan. Berbeda dengan naluri, kebiasaan, adat istiadat, hafalan tanpa mempergunakan pikiran, tradisi. 

3. Affection 

Diakui bahwa manusia bukan saja memiliki kemampuan kognitif-intelektual, tetapi juga afektivitas. Jelasnya, di samping pengetahuan, afektivitas juga membuat manusia berada secara aktif dalam dunianya serta berpartisipasi dengan orang lain dan dengan peristiwa-peristiwa dunianya. Melalui peranan afektivitaslah, manusia tergerakkan hatinya, keinginannya, dan perasaannya atau ketertarikannya untuk mengamati, mempelajari, dan mengembangkan pengada-pengada aktual di sekitarnya menjadi bagian dari proses keberadaannya. Afektivitas tidak sama dengan pengetahuan, namun menjadi penggerak atau penyebab dan sekaligus akibat dari proses pengetahuan manusia dalam arti penerapannya dalam bentuk perbuatan atau tindakan.
Gambar 3.1 Showing Affection

Untuk mencapai afektivitas, subjek harus berada dalam kondisi dimana subjek akan melahirkan kegiatan afektif. Adapun kondisi-kondisi tersebut ialah: 

  • Antara subjek dan objek harus ada ikatan kesamaan atau kesatuan itu sendiri, karena ketika tidak ada kesamaan maka tidak akan ada afektivitas. Sebagai contoh ketika kita berhubungan dengan sebuah objek maka dalam diri objek terdapat sesuatu yang membuat kita tertarik atau menjauhinya, sesuatu yang ada pada diri objek pasti juga ada dalam diri subjek yang akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif baik menerima atau menolak.

  • Nilai (baik dan buruk), dalam kondisi ini, ketika objek dipandang memiliki sebuah nilai maka subjek akan melahirkan kegiatan afektif, karena afektivitas itu sendiri adalah berdasar pada kecintaan akan sesuatu maka subjek pada akhirnya akan melahirkan kegiatan afektif untuk menolak atau menerima.

  • Sifat dasariah dan kecenderungan kognitif, pada kondisi ini subjek akan dalam melakukan sebuah afektif harus ditunjang dengan sebuah sifat dasariah yang akan mendorong dia untuk lebih cenderung, selera, berkeinginan akan sesuatu yang pada akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif yang ternyata memang sesuai dengan sifat dasariah tersebut.

  • Mengenal adalah kausa dari afektivitas. Dalam proses mengenal subjek akan mengalami kondisi dimana dia harus berusaha mendefinisikan objek yang akan dikenalinya dan ketika definisi tentang objek tersebut telah tercapai maka pada akhirnya akan lahir sebuah keputusan afektif apakah dia harus menyerang, mencintai, mempertahankan diri atau yang lainnya.

  • Imajinasi, untuk menimbulkan kegiatan afektif maka imajinasi dapat menjadi sebuah pendorong, semangat, mempengaruhi bahkan membohongi. Pengetahuan pertama (baik dari pengalaman atau informasi dari pengenalan) akan melahirkan sebuah deskripsi awal tentang objek, maka dalam kondisi ini subjek akan dipengaruhi untuk bertindak seperti apa yang ia dapat pada pengalaman-pengalaman dan imajinasi yang dia dapatkan terdahulu.
  4. Freedom

Kata kebebasan sering diartikan sebagai suatu keadaan tiadanya penghalang, paksaan, beban atau kewajiban. Seorang manusia disebut bebas kalau perbuatannya tidak mungkin dapat dipaksakan atau ditentukan dari luar. Manusia yang bebas adalah manusia yang memiliki secara sendiri perbuatan-perbuatannya. Kebebasan adalah suatu kondisi tiadanya paksaan pada aktivitas saya. Manusia disebut bebas kalau dia sungguh-sungguh mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Dengan demikian kata bebas menunjuk kepada manusia sendiri yang mempunyai kemungkinan untuk memberi arah dan isi kepada perbuatannya. Hal itu juga berarti bahwa kebebasan mempunyai kaitan yang erat dengan kemampuan internal definitif penentuan diri, pengendalian diri, pengaturan diri dan pengarahan diri. 

Gambar 4.1 Freedom
"Freedom is self-determination" berdasarkan pengertian itu dapat dikatakan bahwa kebebasan merupakan sesuatu sifat atau ciri khas perbuatan dan kelakuan yang hanya terdapat dalam manusia dan bukan pada binatang atau benda-benda. Kebebasan yang nampak secara sekilas dalam binatang-binatang pada dasarnya bukan kebebasan sejati. Mereka dapat menggerakkan tubuhnya ke mana saja, tetapi semuanya itu sebenarnya bukan berasal dari diri binatang itu sendiri. Gerakan binatang bukanlah hasil dorongan internal diri binatang. Kebebasan mereka adalah kebebasan sebagai produk dorongan-dorongan instingtualnya. Dengan istilah instingtual dimaksudkan tidak adanya peran akal budi dan kehendak. Dalam arti itu sebenarnya di dalam diri binatang-binatang tidak  ada kebebasan. Di dalam diri binatang tidak ada self-determination atau kemampuan internal untuk menentukan dirinya. Sedang manusia mempunyai kemampuan untuk berhasrat dan berkeinginan. Ia mempunyai kecenderungan dan kehendak yang bebas. Manusia mempunyai kemampuan memilih. Karena itu dikatakan bahwa manusia adalah tuan atas perbuatannya sendiri. Kebebesan sejati hanya terdapat di dalam diri manusia karena di dalam diri manusia ada akal budi dan kehendak bebas. Kebebasan sebagai penentuan diri mengandaikan peran akal budi dan kehendak bebas manusia. Secara ringkas Louis Leahy membedakan tiga macam atau bentuk kebebasan, yaitu kebebasan fisik, kebebasan moral dan kebebasan psikologis.
 
  • Kebebasan fisik menurut Louis Leahy adalah ketiadaan paksaan fisik. Artinya adalah tidak adanya halangan atau rintangan-rintangan eksternal yang bersifat fisik atau material. Dalam konteks ini orang menganggap dirinya bebas jika ia bisa bergerak ke mana saja tanpa ada rintangan-rintangan eksternal. Ia dikatakan bebas secara fisik jika tidak dicegah secara fisik untuk berbuat sesuai dengan apa yang ia kehendaki.
  • Kebebasan psikologis berarti ketiadaan paksaan secara psikologis. Orang dikatakan bebas secara psikologis jika ia mempunyai kemampuan untuk mengarahkan hidupnya. Orang dikatakan bebas secara psikologis jika ia mempunyai kemampuan dan kemungkinan untuk memilih pelbagai alternatif. Yang men-ciri-khas-kan kemampuan itu adalah adanya kehendak bebas. Karena itulah Louis Leahy mengidentikkan kebebasan psikologis dengan kebebasan untuk memilih atau kebebasan berkehendak.
  • Kebebasan memilih atau kebebasan berkehendak sering pula dikatakan dalam arti kebebasan untuk mengambil keputusan berbuat atau tidak berbuat, atau kebebasan untuk berbuat dengan cara begini atau begitu, atau merupakan kemampuan untuk memberikan arti dan arah kepada hidup dan karya, atau merupakan kemampuan untuk menerima atau menolak kemungkinan-kemungkinan dan nilai-nilai yang terus-menerus ditawarkan kepada manusia.
REFERENSI : 
Disarikan dan dirangkum dari PPT Binus Maya: Human Philosophical Reflection 2: Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom (pertemuan ke-5) - diakses tanggal 3 April 2015