1.Knowledge
Pengetahuan
itu dikatakan indrawi lahir atau indrawi luar kalau orang mencapainya secara
langsung, melalui penglihatan, pendengaran, pembau, perasaan, serta peraba
setiap kenyataan yang mengelilinginya. Pengetahuan itu dinamakan pengetahuan
indrawi batin ketika menampakkan dirinya kepada orang dengan ingatan dan
khayalan, baik mengenai apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada
maupun yang terdapat di luar jangkauannya. Pengetahuan seterusnya disebut
perseptif, ketika sambil muncul secara spontan, pengetahuan itu memungkinkan
orang untuk menyesuaikan dirinya secara langsung dengan situasi yang disajikan.
Pengetahuan dalam arti ini lebih menyatakan dirinya melalui gerakan tangan,
tingkah laku, gerakan-gerakan, sikap-sikap, tindakan, serta jerit teriakan,
daripada dengan perkataan yang dipikirkan atau dengan keterangan yang jelas. Ada
juga yang disebut pengetahuan refleksif, ketika pengetahuan itu membuat
objektif kodrat dari suatu realitas apa pun juga. Pengungkapannya adalah, baik
dalam bentuk ide, konsep, definisi, serta putusan-putusan maupun dalam bentuk
lambang, mitos, atau karya-karya seni.
 |
Gambar 1.1 Knowledge (Pengetahuan) |
|
|
Pengetahuan
disebut pula diskursif, ketika pengetahuan itu memperhatikan suatu aspek dari
benda kemudian suatu aspek yang lain, ketika pengetahuan itu pergi dan datang
dari keseluruhan ke bagian-bagian, dan dari bagian-bagian ke keseluruhan.
Pengetahuan dalam arti ini lebih menampakkan diri sebagai sesuatu yang datang
dari sebab ke akibat dan dari akibat ke sebab, dari prinsip ke konsekuensi dan
dari konsekuensi ke prinsip, dan sebagainya. Seterusnya,
ada pula yang disebut pengetahuan intuitif, ketika pengetahuan menangkap atau
memahami secara langsung benda atau situasi dalam salah satu aspeknya,
keseluruhan dalam satu bagian, sebab dalam akibat, konsekuensi dalam prinsip,
dan sebagainya.
Pengetahuan
itu adalah induktif, bila menarik yang universal dari yang individual, dan
sebaliknya deduktif, bila menarik yang individual dari yang universal.
Pengetahuan itu kontemplatif, bila mempertimbangkan benda-benda dalam dirinya
dan untuk dirinya sendiri. Pengetahuan itu disebut spekulatif, bila
mempertimbangkan benda-benda dalam bayangan-bayangan dan ide-ide, atau konsep-konsep
tentang benda-benda itu. Praktis, kalau mempertimbangkan benda-benda menurut
bagaimana mereka bisa dipergunakan. Pengetahuan itu sinergis, kalau merupakan
akumulasi dari seluruh daya kemampuan dari subjek (yang sedang mengetahui).
Keseluruhan jenis pengetahuan ini dikoordinasikan dari anggota-anggotanya,
organ-organnya, dan kemampuan-kemampuannya, yang indrawi dan intelektif. Akhirnya,
pengetahuan menjadi sangat kompleks dan beraneka ragam sifat dan bentuknya.
Pengetahuan pun tampak di dalam banyak bentuknya yang berbeda-beda. Pengetahuan
memakai bermacam-macam jalan, menurut bagaimana cara diambil, baik itu berupa
objek maupun makhluk berbeda-beda yang tipe dan realitasnya berlain-lainan
tingkat dan macamnya. Pengetahuan tentang materi, tentang luasnya, tentang
gerakan, tentang hidup, tentang manusia, berbeda sekali satu sama lainnya.
Pendeknya,
tidak baik kalau pengetahuan manusia yang begitu kaya dan kompleks direduksikan
kepada salah satu dari cara-caranya, atau kalau satu cara atau bentuknya
terlalu ditekankan atau dimutlakkan sehingga merugikan lainnya. Meskipun
pengetahuan menyerupai kesadaran namun tidak ada persesuaian yang sempurna
antara pengetahuan dan kesadaran. Pengetahuan adalah kegiatan yang menjadikan
suatu realitas menjadi kurang lebih dinyatakan. Pengetahuan
lebih merupakan hubungan subjek dengan objek yang berbeda darinya. Inti
kesadarannya adalah kegiatan yang menjadi bersamaan waktu subjek mengetahui
suatu realitas, subjek mengenal dirinya yang sedang mengetahui realitas itu.
2. Intelligence
Istilah
Inteligensi diambil dari kata intellectus dan kata kerja intellegere (bahasa
Latin). Kata intellegere terdiri dari kata intus yang artinya dalam pikiran
atau akal, dan kata legere yang berarti membaca atau menangkap. Kata
intellegere dengan ini berarti membaca dalam pikiran atau akal segala hal dan
menangkap artinya yang dalam.
 |
Gambar 2.1 Intelligence |
Menjadi
inteligen berarti menangkap apa yang fundamental pada jenis ini atau macam ada
yang itu, berarti menangkap apa yang esensial dari suatu gejala. melihat apa
yang hakiki dalam kegiatan ini atau itu (menambah. mengurangi, mengalihkan,
atau membagi). Inteligensi
adalah kegiatan dari suatu organisme dalam menyesuaikan diri dengan
situasi-situasi, dengan menggunakan kombinasi fungsi-fungsi seperti persepsi,
ingatan, konseptual, abstraksi, imajinasi, atensi, konsentrasi. seleksi relasi,
rencana, ekstrapolasi, prediksi, kontrol (pengendalian), memilih, mengarahkan.
Berbeda dengan naluri, kebiasaan, adat istiadat, hafalan tanpa mempergunakan
pikiran, tradisi.
3. Affection
Diakui
bahwa manusia bukan saja memiliki kemampuan kognitif-intelektual, tetapi juga
afektivitas. Jelasnya, di samping pengetahuan, afektivitas juga membuat manusia
berada secara aktif dalam dunianya serta berpartisipasi dengan orang lain dan
dengan peristiwa-peristiwa dunianya. Melalui
peranan afektivitaslah, manusia tergerakkan hatinya, keinginannya, dan
perasaannya atau ketertarikannya untuk mengamati, mempelajari, dan
mengembangkan pengada-pengada aktual di sekitarnya menjadi bagian dari proses
keberadaannya. Afektivitas
tidak sama dengan pengetahuan, namun menjadi penggerak atau penyebab dan
sekaligus akibat dari proses pengetahuan manusia dalam arti penerapannya dalam
bentuk perbuatan atau tindakan.
 |
Gambar 3.1 Showing Affection |
Untuk
mencapai afektivitas, subjek harus berada dalam kondisi dimana subjek akan
melahirkan kegiatan afektif. Adapun kondisi-kondisi tersebut ialah:
- Antara subjek dan objek harus ada ikatan kesamaan atau kesatuan itu sendiri,
karena ketika tidak ada kesamaan maka tidak akan ada afektivitas. Sebagai
contoh ketika kita berhubungan dengan sebuah objek maka dalam diri objek
terdapat sesuatu yang membuat kita tertarik atau menjauhinya, sesuatu yang ada
pada diri objek pasti juga ada dalam diri subjek yang akhirnya akan menimbulkan
kegiatan afektif baik menerima atau menolak.
- Nilai (baik dan buruk), dalam kondisi ini, ketika objek dipandang memiliki
sebuah nilai maka subjek akan melahirkan kegiatan afektif, karena afektivitas
itu sendiri adalah berdasar pada kecintaan akan sesuatu maka subjek pada
akhirnya akan melahirkan kegiatan afektif untuk menolak atau menerima.
- Sifat dasariah dan kecenderungan kognitif, pada kondisi ini subjek akan dalam
melakukan sebuah afektif harus ditunjang dengan sebuah sifat dasariah yang akan
mendorong dia untuk lebih cenderung, selera, berkeinginan akan sesuatu yang
pada akhirnya akan menimbulkan kegiatan afektif yang ternyata memang sesuai
dengan sifat dasariah tersebut.
- Mengenal adalah kausa dari afektivitas. Dalam proses mengenal subjek akan
mengalami kondisi dimana dia harus berusaha mendefinisikan objek yang akan
dikenalinya dan ketika definisi tentang objek tersebut telah tercapai maka pada
akhirnya akan lahir sebuah keputusan afektif apakah dia harus menyerang,
mencintai, mempertahankan diri atau yang lainnya.
- Imajinasi, untuk menimbulkan kegiatan afektif maka imajinasi dapat menjadi
sebuah pendorong, semangat, mempengaruhi bahkan membohongi. Pengetahuan pertama
(baik dari pengalaman atau informasi dari pengenalan) akan melahirkan sebuah
deskripsi awal tentang objek, maka dalam kondisi ini subjek akan dipengaruhi
untuk bertindak seperti apa yang ia dapat pada pengalaman-pengalaman dan
imajinasi yang dia dapatkan terdahulu.
4. Freedom
Kata
kebebasan sering diartikan sebagai suatu keadaan tiadanya penghalang, paksaan,
beban atau kewajiban. Seorang manusia disebut bebas kalau perbuatannya tidak
mungkin dapat dipaksakan atau ditentukan dari luar. Manusia yang bebas adalah
manusia yang memiliki secara sendiri perbuatan-perbuatannya. Kebebasan adalah
suatu kondisi tiadanya paksaan pada aktivitas saya. Manusia disebut bebas kalau
dia sungguh-sungguh mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas
perbuatannya. Dengan demikian kata bebas menunjuk kepada manusia sendiri yang
mempunyai kemungkinan untuk memberi arah dan isi kepada perbuatannya. Hal itu juga berarti bahwa kebebasan
mempunyai kaitan yang erat dengan kemampuan internal definitif penentuan diri,
pengendalian diri, pengaturan diri dan pengarahan diri.
 |
Gambar 4.1 Freedom |
"Freedom is self-determination" berdasarkan pengertian itu dapat dikatakan bahwa kebebasan
merupakan sesuatu sifat atau ciri khas perbuatan dan kelakuan yang hanya
terdapat dalam manusia dan bukan pada binatang atau benda-benda. Kebebasan yang
nampak secara sekilas dalam binatang-binatang pada dasarnya bukan kebebasan
sejati. Mereka dapat menggerakkan tubuhnya ke mana saja, tetapi semuanya itu
sebenarnya bukan berasal dari diri binatang itu sendiri. Gerakan binatang
bukanlah hasil dorongan internal diri binatang. Kebebasan mereka adalah
kebebasan sebagai produk dorongan-dorongan instingtualnya. Dengan istilah
instingtual dimaksudkan tidak adanya peran akal budi dan kehendak. Dalam arti
itu sebenarnya di dalam diri binatang-binatang tidak ada kebebasan. Di dalam diri
binatang tidak ada self-determination atau kemampuan internal untuk menentukan
dirinya. Sedang manusia mempunyai kemampuan untuk berhasrat dan berkeinginan.
Ia mempunyai kecenderungan dan kehendak yang bebas. Manusia mempunyai kemampuan
memilih. Karena itu dikatakan bahwa manusia adalah tuan atas perbuatannya
sendiri. Kebebesan sejati hanya terdapat di dalam diri manusia karena di dalam
diri manusia ada akal budi dan kehendak bebas. Kebebasan sebagai penentuan diri
mengandaikan peran akal budi dan kehendak bebas manusia. Secara
ringkas Louis Leahy membedakan tiga macam atau bentuk kebebasan, yaitu
kebebasan fisik, kebebasan moral dan kebebasan psikologis.
- Kebebasan
fisik menurut Louis Leahy adalah ketiadaan paksaan fisik. Artinya adalah tidak
adanya halangan atau rintangan-rintangan eksternal yang bersifat fisik atau
material. Dalam konteks ini orang menganggap dirinya bebas jika ia bisa
bergerak ke mana saja tanpa ada rintangan-rintangan eksternal. Ia dikatakan
bebas secara fisik jika tidak dicegah secara fisik untuk berbuat sesuai dengan
apa yang ia kehendaki.
- Kebebasan
psikologis berarti ketiadaan paksaan secara psikologis. Orang dikatakan bebas
secara psikologis jika ia mempunyai kemampuan untuk mengarahkan hidupnya. Orang
dikatakan bebas secara psikologis jika ia mempunyai kemampuan dan kemungkinan
untuk memilih pelbagai alternatif. Yang men-ciri-khas-kan kemampuan itu adalah
adanya kehendak bebas. Karena itulah Louis Leahy mengidentikkan kebebasan
psikologis dengan kebebasan untuk memilih atau kebebasan berkehendak.
- Kebebasan memilih atau kebebasan
berkehendak sering pula dikatakan dalam arti kebebasan untuk mengambil
keputusan berbuat atau tidak berbuat, atau kebebasan untuk berbuat dengan cara
begini atau begitu, atau merupakan kemampuan untuk memberikan arti dan arah
kepada hidup dan karya, atau merupakan kemampuan untuk menerima atau menolak
kemungkinan-kemungkinan dan nilai-nilai yang terus-menerus ditawarkan kepada
manusia.
REFERENSI :
Disarikan dan dirangkum dari PPT Binus Maya: Human Philosophical Reflection 2: Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom (pertemuan ke-5) - diakses tanggal 3 April 2015